Jumat, 11 Maret 2016

Makalah Manusia, ilmu, dan kebenaran

MAKALAH
METODOLOGI PENELITIAN
“MANUSIA, ILMU, DAN KEBENARAN”

KELOMPOK 1
HERMAN                              1494040002
ROSMINI                               1494040001
NURHAYATI P                     1494040003
NURSATIMA DEWI            1494040005


PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016


KATA PENGANTAR
   Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul "manusia, ilmu, dan kebenaran" dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah metodologi penelitian yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim kelompok satu yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.
            Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah metodologi penelitian dan dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai manusia, ilmu, dan kebenaran. Makalah ini dianjurkan untuk dibaca oleh semua mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan dan pemahaman tentang teori kebenaran dalam filsafat.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang
                                                                                   
           
                                                                                                            Makassar, 8 maret 2016

                                                                                                                           Penulis









BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Manusia merupakan salalah satu makhluk ciptaan Tuhan. Manusia dilengkapi potensi seperti akal, budi, karsa, dan karya yang tidak dimiliki makhluk ciptaan tuhan yang lainnya. Karena itu manusia makhluk paling sempurna. Dengan akal yang dimilikinya manusia mempunyai kemampuan berpikir. Sudah menjadi tabiat manusia untuk ingin tahu. Hasrat ini rupa-rupanya didorong oleh pemberian tertinggi maha pencipta kepada manusia, yaitu pikiran. Oleh karena itu, pada akhirnya manusia menamakan dirinya sebagai homo sapiens, yaitu makhluk berpikir.
Pikiran manusia sebagai pemberian tertinggi Tuhan kepada manusia, bermaksud bahwa hanya dengan pikiran inilah manusia ditunjukkan Tuhan menjadi khalifah di bumi. Dengan pikiran ini juga manusia dapat mengungguli semua makhluk ciptaan manusia. Oleh karena itu, tanpa pikiran manusia sama dengan hewan bahkan lebih rendah dari itu.
Walaupun manusia memiliki pikiran, tetapi bukan jaminan bagi manusia memiliki pengetahuan secara otomatis, karena rupanya pikiran manusia hanyalah wadah pengetahuan saja, tidak lebih dari itu. Secara historis, peengtahuan bagaimana tuhan mengajarkan nabi Adam a.s. tentang nama-nama berbagai benda dan makhluk memperkuat keyakinan kita bahwa manusia pada awalnya penciptaannya tidak memiliki pengetahuan apa-apa. Kemudian pada perkembangan berikutnya barulah manusia memperoleh pengetahuan dari pengalaman pengalamannya. Dua fase inilah pemberitahuan dan pengalaman adalah cikal bakal dari npenegmbangan semua system ilmu penegtahuan manusia.
Dalam hal pengembangan pengetahuan manusia, baik yang bersumber dari pemberitahuan maupun pengalaman, banyak dipengaruhi oleh rasa ingin tahu manusia itu sendiri. Kemudian rasa ingin tahu inilah yang menjadi penentu dan penegmbangan ilmu pengetahuan selanjutnya.
Pengetahuan tidak saja meningkatkan apresiasi manusia tentang apa yang dimuai, tetapi juga dengan serempak membuka mata manusia lebar-lebar terhadap berbagai kekurangannya, karena ilmu pengetahuan bukan jawaban satu-satunya terhadap dorongan ingin tahu manusia. Oleh karnanya ada orang yang sengaja memalingkan muka dari tatapan ilmu, sebaliknya juga ada sekelompok orang yang tergila-gila dengan ronanya ilmu dan membuat dia lupa segala-galanya. Ilmu membuatnya lupa diri dan bahkan dewa kehidupan.
Manusia adalah  mahkluk ciptaan Tuhan yang selalu berpikir merasa,  mencipta dan berkarya. Dalam kesehariannya manusia tumbuh dan berkembang serta mengembangkan sesuai dengan harkat dan keberadaannya.manusia menyatakan dan mempertimbangkan, dia juga berkehendak dan memilih,namun Tuhan yang memutuskan dalam hal kehendak dalam melakukan sesuatu keakuannya hadir dalam dirinya dan menguasai dirinya. Dia mempunyai kemampuan untuk memilih apa yang di kehendakinya.dia juga mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu yang ada selagi masih dalam batas jangkauan pancaindranya.manusia pada hakikinya bebas dalam kodratnya yg terbatas di hadapan sang khalik.
Meskipun demikian manusia mempunyai kelebihan dari mahkluk lain. Manusia adalah mahluk berpikir, mahluk rasional dan mahluk intelegen,yang selalu berupaya memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Kompleksitas masalah yang dihadapi masing masing individu dalam linkungannya akan di warnai pula oleh kemampuan manusia itu sendiri. Tingkat perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi. Dalam masyarakat modern dan masyarakat global. Disamping itu masalah yang di hadapi manusia bertambah kompleks pula.

B.      RUMUSAN MASALAH
1.      Kenapa dikatakan manusia mahluk sempurna namun terbatas?
2.      Bagaimana manusia mencari kebenaran (keilmuan)?
3.      Kenapa manusia mempunyai hasrat ingin tahu?
4.      Bagaimana manusia dan dua pendekatan dalam mencari kebenaran?
5.      Bagaimana cara berpkir deduktif, induktif dn keilmuan?





                                                               




BAB II
PEMBAHASAN
A.      Manusia mahluk sempurna namun terbatas
Meskipun rasa ingin tahu dan menyelidiki secara inflisit berada dalam diri manusia,namun sebagai mahluk rasional manusia memiliki keterbatasan dalam kadar potensi yang dimiliki sesuai dengan anugrah yang maha kuasa. manusia merasa berpikir dan mengindra. Diluar itu bukan lagi dalam jangkauan pancaindra manusia dan manusia tidak mampu lagi memikirkannya. Manusia dapat dirusak oleh angin yang datang secara mendadak dan tidak kuasa manusia meniadakannya. Hal itu karna berada di luar jangkauan manusia.

Manusia pada prinsipnya tidak dapat menciptakan dari yang “tidak ada”menjadi “ada” tetapi dapat menciptakan kreasi baru berdasarkan yang diciptakanNYA. Manusia dengan kemampuan berpikirnya, dapat menyelidiki dan mendaratkan manusia di bulan, dan menyelidiki planet planet yang belum terjangkau dalam pikiran manusia di masa lalu. Tapi manusia tidak mampu menciptakan bulan ataupun yupiter. Mereka juga adapat memikirkan tentang sebab sebab terjadinya suatu penyakit dan bagaimana penyembuhannya. Baik dengan ramuan tumbuh tumbuhan yang bersifat alami maupun melalui proses kimiawi, namun manusia tidak mampu menciptakan atau menghidupkan kembali tumbuh tumbuhan yang telah mati karna digunakannya. Tanpa seizing tuhan maha pencipta dan maha penentu dunia yang fana ini.

Keterbatasan manusia itu bersumber dari keterbatasannya sebagai mahluk yang di ciptakan Tuhan, sejak saat diciptakan oleh maha pencipta. Di samping itu keterbatasan dalam pengembangan potensi diri yang telah mereka miliki serta keterbatasan dalam pemanfaatan apa yang telah mereka miliki dalam berpikir dan menalar akan membawa akibat dalam kekurang sempurnaan diri masing masing. Manusia dengan kerja yang sistematis , kreatif, dan logis akan dapat mengungkapkan memecahkan dan menemukan sesuatu sesuai dengan keterbatasan yang diberikan kepadanya.

Copernicus dengan dorongan yang kuat menggunakan kemampuan berpikir yang dimilikinya untuk membuktikan dan menemukan sesuatu yang baru. Ia meragukan kebenaran konsep di era sebelumnya. “matahari mengitari bumi dan planet lainnya” pendapat Ptolemy dan ariestoteles itu telah berakar pada masyarakat. Pendapat itu dapat di batalkan kebenarannya dengan menyalakan pendapat itu berdasarkan bukti empiris baru.


B.      Manusia mencari kebenaran (keilmuan)
Tiada yang langgeng dalam kehidupan termasuk di dalamnya kebenaran sebagai hasil manusia dalam memecahkan masalah atau dalam menemukan sesuatu yang baru. Kebenaran ilmuan bukanlah sesuatu yang selesai untuk selama-lamanya. Fisher (1975: 48)  menyatakan, bahwa kebenaran adalah “the body of real things, event and facts, argument with facts and a judgement, preposition or idea that is true or acceptance as true”. Oleh karena itu kebenran ilmu bersifat relative. Kebenaran dapat berupa sesuatu, kejadian, dan faktaa, argumentasi fakta, pertimbangan, preposisi, atau ide yang benar atau diterimah sebagai sesuatu yang benar. Kebenaran dalam ilmu dibatasi fakta-fakta alam yang dapat diobservasi baik dengan menggunakan panca indra maupan dengan memanfaatkan alat bantu teknologi serta kemampuan manusia/pengamatan itu sendiri.
Alam dan lingkungan selalu berubah. Cepat atau lambat manusia bagian dari lam tidaklah dapat di pisahkan diri dari segala gejalah y6ang terjadi pada masyarakat. Manusia tidak mungkin mengisolasi diri, karena manusia mempunyai akal yang merupakan kelebihannya dari makhluk lain. Manusia dapat menantang, menyesuaikan diri, atau menguasai lingkungan selagi dalam batas kemampuannya. Untuk itu manusia harus proaktif: berfikir kreatif, logis, kritis, dan analitis; serta melakukan interaksi positif dengan lingkungan dan menyelidiki bagaimana kejadian fenomena alam tersebut. Secara umum fenomena alam dapat didekati mela;ui tiga cara: (1) pengalaman (experience); (2) penalaran (reasoning); (3) penelitian (research).

C.      Hasrat ingin tahu
Dengan kita ketahui atau sejarah telah menunjukkan bahwa manusia dimuka bumi ini dengan keterbatasan selalu ingin berusaha mencari dan menemukan sesuatu yang baru. Mereka berusaha mencari, menemukan, menggali, menyelidik, dan menganalisis sesuatu dengan tekun dan teliti. Lambat laun mereka berhasil menemukan dan mengungkapkan sesuatu yang samar-samar, sesuatu yang masih gelap, dan sesuatu yang terselubung menjadi transparan, bermakna, serta berguna bagi manusia, lain dan lingkungannya.
            Sebagai makhluk yang rasional, manusia itu dilengkapi pula dengan berbagai dimensi psikologis yang lain, bakat, sifat, kemampuan, kemauan, minat, perasaan, motivasi, rasa aman, dan kreatifitas. Dimensi psikologis tersebut merupakan tenaga penggerak atau dapat digerakkan sehingga mendorong seseorang mau dan mampu melakukan sesuatu.
D.     Manusia, masalah dan dua pendekatan dalam mencari kebenaran
Sebagai makhluk hidup ia mampu hidup dan memperbaiki serta meningkatkan hidupnya sesuai dengan tuntutan, perubahan, dan kemajuan zaman. Melanjutkan hidup bukan berarti hidup sebagaimana adanya, alami, dan tidak berkembang, melaikan ia harus mampu maberikan warna dan arti serta nuansa tersendiri pada hidupnya. Mereka harus bertindak cepat dan tepat serta hidup lebih baik dari yang sebelumnya.
Tantangan dan tuntutan masyarakat yang bertambah kompleks dilingkungannya membuat manusia tidak terbebas dari masalah. Sering terjadi jurang antara apa yang diharapkan dan realitas dalam masyarakaat. Masalah itu berbeda pada setiap manusia dalam kehidupannya, dan sangat tergantung pada kekuatan, kelemahan dan ambisi serta komplesitas hidup yang dilalui seseorang. Bagaimana individu tertentu naiknya harga minyak bukanlah masalah karena mereka masih mampu mengatakannya. Mereka masih dapat hidup layak dengan pendapatan yang diterimanya, namun bagi individu lainnya dengan penghasilan terbatas, kondisi tersebut telah menimbulkan masalah dan gangguan dalam kehidupannya.
Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuaitu yang diketahui manusia tentang suatu objek, termasuk didalamnya ilmu, tetapi tidak semua penegtahuan dapat disebut ilmu. Banyak ahli menegemukakan pendapatnya tentang ilmu, namun belum terdapat perumusan yang baku dan seragam, karena mereka meninjau dari sisi yang berbedah. Ilmu  dapat pula dibedakan dari pengetahuan berdasarkan apa objeknya (ontology), bagaimana pendapatnya (epistemology), dan untuk apa nilai ilmu itu (axiology).

Ada dua hal pendekatan dalam mencari kebenaran
Yaitu:
1.      Pendekatan non-ilmiah
Dalam pendekatan non-ilmiah ini ada beberapa bentuk yang dapat digunakan, yaitu:
a.      Akal sehat
Akal sehat merupakan salah satu cara menerimah dan memverifikasi pengetahuan pada umumnya. Akal sehat dapat digunakan untuk kegiatan praktis berdasarkan pengalaman untuk kemenusiaan. Karena itu, dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam rangka mencari kebenaran.
b.      Pendapat otoritas ilmiah seseorang
Kebenaran yang didapat melalui otoritas ini bukanah sesuatu yang benar sepanjang zaman. Banyak ilmua atau teori yang bertahan cukup lama, namun kemudian ternyata salah setelah ditemukan dengan cara-cara baru melalui penyelidikan secara ilmiah.
c.       Intuisi
Cara ini sering juga dilakukan atau digunakan seseorang dalam memecahkan suatu masalah atau memecahkan suatu kesulitan. Seseorang menentukan suatu pendapat atau keputusan sesuai dan/atau berdasarkan sesuatu yang didapat dengan cepat melalui proses yang tidak disadari atau sesuatu yang tidak dipikirkan terlebih dahulu, atau tanpa melalui langkah-langkah tertentu. Dengan intuisi seseorang melakyukan penelitian tanpa disertai oleh pemikiran yang sistematis dan mendalam. Jadi tidak ada langlah-langkah yang diatur terlebih dahulu dan tidak ada pula hal-hal yang perlu dikendalikan atau diawasi.
d.      Coba dan salah (trial and error)
Cara ini juga biasa dilakukan atau digunakan walaupun kurang efisien., tidak sistematis, dan tidak terkontrol. Oleh karena itu sangat sulit digunakan untuk dapat memecahkan masalah secara tuntas dan dalam waktu yang relative pendek.
2.      Pendekatan nilmiah
Pengetahuan dan kebenaran yang didapat melaui pendekatan ilmiah dengan menggunakan penelitian atau penyelidikan sebagai wahana, serta berpijak pada teori tertentu yang berkembang berdasarkan penelitian secara empiris sebelumnya akan mempunyai kekuatan yang sangat berarti dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Teori yang digunakan sebagai dasar pengkajian, teah diuji kebenaran kecanggihan maupun keterandalannya.

E.      Cara berpikir deduktif, induktif, Dan ilmuwan
1.      Cara berpikir induktif
 ini dimulai denga teori, dan diakhiri dengan fenomena atau hal khusu. Ini berarti bahwa dalam berpikir deduktif seseorang /pemikir bertolak dari pernyataan yang bersifat deduksi disebut silogisme disusun dari dua pernyataan atau proposisi, yaitu pernyataan yang menerima atau menolak suatu hal.
2.      Cara berpikir induksi
Cara berpikir induksi ini dimulai dengan pernyataan yang bersifat khusus. Karena itu dalam berpikir induksi ini dimulaqi dengan penalaran yang mempunyai ciri khas yang terbatas ruang lingkupnya dan kemudian ditarik suatu kongklusi yang bersifat umum. Dalam logika deduksi, konklusi yang disimpulkan adalah benar apabila kedua premis sebelumnya benar dan cara penarikan kesimpulan juga benar, tetapi tidak demikina dalam logika induksi.
3.      Cara berpikir keilmuwan
Cara berpikir keilmuwan mencoba menggabungkan kedua cara berpikir tersebut, yaitu deduksi-induksi yang merupakan satu kesatuan dalam mencari atau menemukan kebenaran, sebab cara berpikir deduksi akan membawa para pemikir cenderung untuk membenarkan cara sendiri, sedangkan cara berpikir induksi juga tidak sampai kepada kebenaran kalau fakta yang ada tidak diberi arti oleh pencari ilmu.  Cara berpikir keilmuwan merupakan cara berpikir induksi-deduksi atau dengan deduksi-induksi . kebenran yang telah ada secara relative akan ditinjau kem,bali untuk selanjutnya diuji secara empiris, menurut langkah-langkah dalam metode ilmiah.

BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Manusia merupakan salalah satu makhluk ciptaan tuhan. Manusia dilengkapi potensi seperti akal, budi, karsa, dan karya yang tidak dimiliki makhluk ciptaan tuhan yang lainnya. Karena itu manusia makhluk paling sempurna. Walaupun manusia memiliki pikiran, tetapi bukan jaminan bagi manusia memiliki pengetahuan secara otomatis, karena rupanya pikiran manusia hanyalah wadah pengetahuan saja, tidak lebih dari itu.
Alam dan lingkungan selalu berubah. Cepat atau lambat manusia bagian dari alam tidaklah dapat dipisahkan diri dari segala gejala yang terjadi pada masyarakat. Manusia tidak mungkin mengisolasi diri, karena manusia mempunyai akal yang merupakan kelebihannya dari makhluk lain. Sebagai makhluk hidup ia mampu hidup dan memperbaiki serta meningkatkan hidupnya sesuai dengan tuntutan, perubahan, dan kemajuan zaman. Melanjutkan hidup bukan berarti hidup sebagaimana adanya, alami, dan tidak berkembang, melaikan ia harus mampu memberikan warna dan arti serta nuansa tersendiri pada hidupnya. Mereka harus bertindak cepat dan tepat serta hidup lebih baik dari yang sebelumnya.

B.      SARAN
Saran kepada pembaca agar dapat mempergunakan akal pikirannya untuk berbuat hal-hal yang positif yang dapat mengantarkannya kejalan yang lurus guna mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Setelah kita mengetahui hakikat dari manusia marilah kita berbenah diri untuk menyonsong masa depan baik didunia maupun di akhirat









DAFTAR PUSTAKA

Burhan, metodologi penelitian social dan ekonomi jakarta : kencana

www.google.com/search?/manusia.dan.ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar